Thursday, March 3, 2022

Masa Piyik Nanda

Halloha Journey!


Pada kesempatan kali ini, seperti biasa saya akan cuap cuap gak jelas. Namun, kali ini saya ingin membicarakan tentang diri saya sendiri. Iya dong masak mau gibahin orang lain? Aku cuma ingin flashback gitu ceritanya tentang diriku sendiri. Syukur kalau ada yang baca. Oke, lets goooooo...

Siapakah saya ini?

Tentu saja kalau disuruh menilai diri sendiri jadi kayak sudut pandangnya gak objektif ya? Tapi i just wanna share about what i feel aja gitu ceritanya. 

Aku, seorang gadis yang menginjak usia 21 tahun Desember kemarin. Lahir di keluarga yang amat sederhana, (bahkan) dengan jumlah keluarga inti yang hanya 3 orang. My almh. Grandma, Mom, and me. Yap dan sekarang aku hanya tinggal bersama Ibu saya.

Aku kecil dulu seperti apa ya?

Dari aku masih kecil, menurut diriku yang sekarang dan tentu saja dari apa yang terjadi, aku memang dari kecil adalah anak yang pendiam. Aku masih ingat aku kecil jarang pergi keluar bermain bersama teman sebayaku. Aku lebih sering menghabiskan waktu bersama Nenekku di rumah karena Ibuku bekerja dan selalu pulang ketika senja menyapa. Pokoknya aku kecil kemana-mana juga selalu sama Nenek (aku memanggil beliau Mbok). Dulu ketika aku kecil, Nenekku juga masih sering pergi ke rumah temannya dan selalu membawaku bersamanya. Aku selalu dibonceng Nenek kemanapun beliau pergi, naik sepeda ontel. Sungguh, aku rindu masa-masa itu. Kalau cuaca sedang panas-panasnya, beliau mengayuh sepeda dengan agak kencang dan akan berjalan pelan-pelan ketika menemui bayangan pohon agar kami berdua merasa sejuk. I miss that moment.

Sedari aku lahir, nampaknya aku memang hanya dekat dengan Nenek. Setiap membuka mata pertama kali yang aku lihat adalah beliau dan beranjak tidur pun aku berada di samping beliau. Ibu bekerja, jadi aku jarang menghabiskan waktu bersamanya. Karena itulah, mungkin aku menjadi ketergantungan pada Nenek. I never talk to someone else except her.
Pernah suatu ketika beliau pergi (entah kemana). Di dalam ingatanku, aku masih kecil dan belum bersekolah. She leaves me alone. Aku dikunci di dalam rumah sendirian. Thats traumatic karena aku bener-bener ditinggal sendirian. Entah kenapa memori itu lumayan menetap sampai hari ini. Aku masih amat kecil saat itu, aku masih polos tapi rasanya waktu itu di otak dan perasaanku, seakan-akan Nenek ninggalin aku pergi dan nggak akan balik gitu loh. 
Ya walaupun kayaknya mungkin beliau sebelum pergi pasti bilang, "tunggu sebentar ya, nanti Mbok e bakal segera pulang." Tapi bahkan saat itu aku belum mengerti apa itu maksudnya pulang dan kenapa aku ditinggal pergi?
I cried a lot at that time. Ya karena di dalam rumah agak gelap dan sesak gitu kan kalau sendirian. Pokoknya nangis terus sambil mikir kalau aku beneran ditinggal sendirian. Mungkin dari situ salah satu alasan mengapa aku takut gelap.

Of course My Grandma comeback.

Tapi aku sudah terlanjur nangis dan waktu itu kayak campur aduk banget, takutnya tuh bener-bener takut. Ba. Nget. Aku nggak inget gimana rasanya setelah ngeliat beliau pulang. Harusnya pasti lega, tapi entah kenapa jadi takut. Aku juga heran kenapa waktu itu nggak dititipin ke tetangga aja atau gimana. Dan kenapa nggak dibawa aja kayak biasanya. 
Bodohnya aku juga. Aku baru mempertanyakan pertanyaan ini setelah beliau sudah nggak ada. 

Tapi setelah itu, terkadang aku dititipin gitu ke tetangga ketika Nenekku pergi. Tapi lagi-lagi, aku ga bisa tenang kalau ga sama Nenekku. Itulah kenapa kayaknya aku jadi ketergantungan tapi di sisi lain agak benci juga kenapa ditinggal. I was a child back then. Please understand me.

Layaknya anak kecil pada umumnya, walaupun pendiam sekali, tapi terkadang aku juga merasa aku bisa begitu riang. Dan ini kebiasaan anehku sewaktu kecil,



Aku sering ngomong sendiri.



Dari kecil, karena aku jarang banget bisa main keluar, aku jadi sering main sendiri dan terkadang aku ngomong sendiri. Katanya sih kalau masih kecil gitu punya teman imajinasi/khayalan gitu ya? Tapi aku selalu sadar kok kalau aku itu beneran ngomong sama diri aku sendiri, tapi seolah-olah aku tu lagi punya teman. Pas lagi main gitu kayak, "ini dikasih sepatu nggak?" Trus aku jawab sendiri gitu, "nggak usah ya, aku cekeran aja." 
Wkwkwkwk. Kek orang stress kah aku?
Itu berlangsung sampai aku SD gitu. Nenekku tuh kalau lagi di dapur gitu sering tiba-tiba nyamperin aku yang lagi main sendirian di ruang tamu terus nanya,
"Main sama siapa Nduk?" (Kadang sih out of no where emang ada aja anak tetangga masuk ke rumah seenak jidat. Makanya beliau mastiin aja) tapi karena aku memang lagi sendirian, ya aku jujur "Sendirian Mbok. Hehehe. Lha kenapa?"
Beliau pasti dengan wajah bingung (atau takut kali ya? Kok cucuku stress?) terus menjawab, "Gakpapa. Kok kayak rame."

Emang bakat monolog tuh dari kecil tertanam karena efek dari main sendirian terus semasa kecil. Kalian kasihan nggak si? Wkwkwkwk. Tapi,

Apakah aku kesepian?

Hmmmm.... Kesepian nggak ya? Sebenernya aku nggak selalu main sendiri terus juga. Kadang ada tetangga yang ngajak main. 
Tapi emang lebih sering sendiri aja karena aku nggak dibolehin keluar. 
Kayaknya dalam lubuk hati paling dalam aku ngerasa kesepian deh, tapi aku juga nggakpapa gitu loh. Masalahnya udah terbiasa main sendirian. Jadi? Ya sepi emang tapi udah biasa.



Sambung di pertemuan berikutnya ya!
See ya!

Tuesday, January 25, 2022

Layangan Putus dan Aku

Halloha Journey!

Aku kembali mencoba mengetik setelah sekian lama, karena rasa-rasanya akun blogku sudah mulai dihuni sarang laba-laba lagi, xixixi. Di bulan Januari ini sepertinya aku sudah mendapat asupan dari banyak tontonan, entah itu series, film, film pendek, bahkan  juga drakor. 

Aku adalah tipe orang yang lebih suka nonton maraton sebenarnya, alias nunggu drakor atau seriesnya sudah tamat, aku baru nonton. Namun, entah kenapa aku sangat antusias kali ini mengikuti satu series dari Indonesia yang berjudul Layangan Putus. Pertama kali aku tahu tentang series ini dari Tiktok (siapa yang sama?) Mungkin kalian pasti ada juga yang sudah menyaksikan series ini sampai selesai. Kebetulan aku menulis ini memang series tersebut sudah tamat.

 Layangan Putus update setiap hari Jumat dan Sabtu, dan sekarang sudah tamat di episode 10B. Aku baru saja nonton episode 10A dan 10B hari ini, padahal episode itu sudah diupload seminggu yang lalu. Kali ini aku bukan ingin mereview tentang Layangan Putusnya karena aku nggak pandai membuat ulasan seperti itu. Aku hanya ingin mencoba mencurahkan apa yang aku rasakan setelah menonton sesuatu seperti yang aku rasakan sekarang ini. Setelah nonton episode terakhir ini sih aku nangis, huhuhu. Entah kenapa sangat emosional sekali diriku ini. 

Mmmm.. aku sih dari pertengahan episode sudah menjadi tim Kinanceraiaja karena kayak greget gitu kalau sampai Kinan malah mengizinkan Mas Aris menikah lagi. Dan aku sangat lega Kinan berani untuk memutuskan bercerai dengan suaminya (sori buat yang belum nonton, jadi spoiler deh). Aku pernah baca kalau misalkan Layangan Putus ini juga ada novelnya, tapi aku sama sekali belum pernah baca novelnya sih jadi aku nggak tahu apakah di novel dan di series jalan ceritanya memang sama. Dan setahuku ini kisah nyata ya?

Btw, Aku kagum sekali dengan karakter Kinan yang begitu kuat bahkan begitu tenang ketika berhadapan dan berbicara dengan Lydia (selingkuhan Aris), kalau aku jadi Kinan sih nggak mungkin bisa bicara setenang itu, yang ada malah emosi jiwa. Tapi sangat salut karena Kinan berani melepaskan suaminya, yaitu Aris. Aku tahu betul tak ada pernikahan yang selalu baik-baik saja, dan setelah menonton series ini, ada banyak pelajaran yang kudapatkan. Salah satunya adalah tentang memikirkan matang-matang keputusan yang harus kita ambil, karena terkadang, keputusan ini tak hanya berdampak bagi diri sendiri, tapi juga orang-orang terdekat dan orang-orang yang kita sayangi. Dan masih banyak lagi.

Dialog/kalimat yang paling kuingat sepanjang series ini adalah ketika Raya (anak Mas Aris dan Kinan) menuliskan surat kepada Ayahnya (Aris) yang saat itu Raya sedang dibawa menginap ke apartemen Lydia bersama Mas Aris. Its sound crazy, isn’t it? How you can bring your daughter ke tempat selingkuhan lu? Why mas Aris, WHY?! Di dalam surat itu aku agak lupa isinya apa. Tapi seingatku Raya ada bilang ia tetap sayang pada Ayahnya. Dan kalimat yang paling menyakitkan di surat itu menurutku adalah,

"When you hurt Mamim, you hurt me too"

          I know your feeling, Raya😭. As a kids yang tumbuh di keluarga broken home, i understand.

                Layangan Putus keren sih dilihat dari banyak banget yang antusias dengan series ini. Salah satu hal menarik buatku adalah panggilan si Mamim untuk Kinan, dan panggilan Papip untuk Aris. Unik aja gitu. Kan biasanya Mama Papa, tapi ini malah Mamim dan Papip. Mungkin setelah series ini, jadi banyak yang ganti nama panggilan ke suaminya jadi Papip juga? hehehe....

  Oke, menurutku adegan yang viral sih pas Aris kepergok sama Kinan sehabis liburan di Cappadocia. Siapa pecinta series ini yang gak hafal sama dialog itu? Hehe.. aku hanya hafal sepenggalan aja sih.

          “Kamu bawa dia ke Cappadocia ke IT’S MY DREAM MAS. NOT HER. IT’S MY DREAM!”

                “Kamu beliin dia penthouse seharga 50 M?! ITS A FUCKING PENTHOUSE!!!

Hafal karena fyp terus di Tiktok, dan pas nonton yang episode ini sih aku memang yakin bakal viral. Tapi lucunya bahkan ada yang bikin dancenya di Tiktok dengan dialog itu. Sungguh warga +62 sangat kreatif sekali TT

Banyak yang greget sama Lydia atau Aris karena mereka selingkuh tapi entah kenapa aku nggak sesebel itu sama mereka. Oke aku ga sebel tapi dendam aja sama mereka, dudududu. Karena aku justru lebih sebel kalau Kinan masih mau menerima Aris. Oiya dan aku salut sama sahabatnya Kinan, Andre. Di cerita ini sahabat Kinan ada 3, 2 perempuan dan si Andre ini. Dia kayaknya masih cinta gitu sama Kinan tapi dia mengikhlaskan si Kinan untuk memilih menikah sama Aris. And he still love her. Meskipun Kinan udah memilih orang yang salah. Ayo Kinaaan, kamu sama Andre ajaaaa. #KinanAndre

Overall, series yang bagus. Tapi harusnya series ini untuk usia 18+ ya. Karena adek-adek yang baru puber nggak perlu tahu masalah pernikahannya Aris dan Kinan dulu. Oke? Awas kalau dilanggar. Oke deh segitu dulu ceritanya. Sudah cukup. Jari saya capek. See ya!

 Dan kata-kata di episode terakhir ini bagus sekali.

"Bagaimana bisa aku membencinya ketika ialah yang menyampaikan pelajaran paling berharga dalam hidupku. Pernikahan ini telah mengajariku bahwa kadang kita butuh kekuatan yang jauh lebih besar untuk melepaskan sesuatu ketimbang menggenggamnya erat-erat. Jadi, aku akan meneruskan pelajaran ini kepada Raya, tidak apa-apa jika sesekali kita harus kehilangan layangan kita. Tidak apa-apa jika sesekali impian kita diterbangkan oleh angin, karena satu-satunya yang harus kita genggam erat adalah diri kita sendiri."

Love and peace 🕊️


Pevita Pearce ✨

               

Kebisingan dalam Sunyi

 Halloha Journey! Sudah lama tidak curhat di sini. Jadi, langsung ingin curhat saja. Jadi, beberapa hari ini aku lagi suka nonton Jurnalrisa...