Friday, February 26, 2021

Selamat!

Halloha, Journey!


Kali ini bukan cerita tentang diriku. Kali ini cerita tentang seseorang 

 Ia yang dikenal kocak dan lucu oleh orang-orang yang dekat dengannya. Tentu saja kalau kukatakan dia adalah orang yang bahagia karena gelak tawanya paling keras, itu sungguh keliru. Tawa yang ia sajikan pada orang-orang, dibalik itu, ada kesedihan yang ia pendam.

 Aku jadi teringat ketika ia menceritakan kisah yang dia rasakan tentang keluarganya kepadaku. Tak bisa ku ceritakan padamu bagaimana kisah itu. Tapi beberapa bagian ceritanya hampir mirip denganku. Mulai saat itu aku menyadari kami mempunyai masa lalu yang meninggalkan bekas tak jauh beda. Luka.

 Kami berteman. Dengan posisi dia yang mudah sekali mengekspresikan perasaannya sedangkan aku tidak. Kami menyukai hal yang sama, K-POP. Kami sama-sama anak pertama dalam keluarga. Ia yang berjuang membanggakan kedua orangtuanya sebagai anak pertama. Asal kau tau, dia anak pertama perempuan yang tegar yang pernah kukenal. Banyak persamaan yang kami miliki satu sama lain.

Kau tahu? Aku kadang tak bisa memahaminya. Ia suka berubah-ubah. Ribut. Lalu menjadi sangat pendiam. Lalu tiba-tiba tawanya meledak. Tapi aku tak pernah mempermasalahkan itu. Dalam diamku, aku selalu menyukai apa yang dia lakukan. Selama ia bisa kembali bahagia. Kau pasti tahu ia seringkali tertawa bahagia, namun tentu saja ia memiliki luka yang tidak diketahui siapapun.  

Selayaknya sebuah pertemanan, tentu saja kami pernah tak setuju satu sama lain. Tapi pertengkaran kami bukan adu mulut yang sangat ribut. Namun kalau ada beberapa gesekan atau salah paham, tentu saja kau harus memakluminya. Kami masih remaja yang mencari jati diri. Ego kami kadang berada di atas segalanya. Kami seringkali bertengkar namun dalam diam. Aku sangat peka dengan perasaan hati dan tingkah laku. Jadi aku tahu kalau beberapa kali ia pasti kecewa padaku terhadap sesuatu. Lalu tiba-tiba dia sudah kembali saja seperti biasa. 

Dia sering bercerita padaku tentang dirinya. Tentang cinta pertamanya. Tentang adik yang sangat ia sayangi. Tentang hidup. Tentang orangtuanya. Aku beberapa kali juga mengungkapkan apa yang kurasakan padanya. Ku rasa dia sedikit banyak memahami tentangku. 

Dia pernah menyebutku sebagai sahabat atau kakak baginya. Namun aku tak merasa sepantas itu menjadi seseorang yang berharga untuknya.

Untukmu,

Terimakasih sudah menjadi kawan yang baik untukku. (aku paling tidak suka mengatakan ini karena kesannya seperti salam perpisahan, tapi kurasa aku juga harus melakukannya). Terimakasih sudah menjadi seseorang yang mengetuk pintu hatiku dan berani masuk bertamu ke dalam ruang kosong yang sangat sepi ini. Terimakasih atas canda tawa yang kau suguhkan untukku. Terimakasih sudah banyak memberiku pelajaran tentang hidup. 

Maaf. Maafkan aku ketika kau sering kecewa dengan sikapku. Maaf tak sebaik itu menjadi temanmu dan membuatmu kehilangan tawa.

Selamat berkepala dua. Selamat sudah mendapatkan kebahagiaan yang sudah kau nantikan. Aku sungguh berharap kau bisa mencapai segala yang kau impikan. Entah menulis, atau ingin pergi ke Jepang (kau masih ingin pergi ke sana nggak?). Atau pergi ke Korea bersama di masa depan? Aku berharap semua bisa tercapai. Semoga kau segera bertemu jodohmu, jangan terus-terusan mau cari sugar daddy ya. Hehe...

Aku pernah berkata akan menuliskan sesuatu tentangmu, kan? Seharusnya bukan draft tulisan yang ini. Tapi aku tak kunjung merampungkannya. Dan inilah yang bisa ku tuliskan (atau ketik lebih tepatnya). 

Kau tahu kan aku tak se-ekspresif dirimu? Jadi inilah salah satu hadiah dan kenang-kenangan yang bisa ku berikan.

Semoga kau bisa mencapai apa yang ingin kau lakukan, ya! Jangan lupakan aku dan teman-teman yang lain. Kau tahu kalau aku setidak suka itu dengan 'jarak'. Jadi, kalau kau bisa membuktikan jarak bukan masalah, kurasa akhirnya aku kalah.

Atau jangan-jangan aku selalu menang tentang argumen "jarak" tersebut?

Selamat menua. Semoga kau selalu dibawah lindungan-Nya.


 Sedikit puisi untukmu di hari spesialmu.

 Ia perempuan berhati baja

 Lukanya tersisa di pergelangan tangannya

 Bukti dari terbelenggu kebebasannya

 Ia perempuan terjenaka

 Kelakarnya sukar membuat orang lain tak mengunggah tawa

 Ia juga kadang malas

 Rasa magernya mengalahkan segalanya

 Ia perempuan pemberani

 Suaranya mewakili hati orang-orang yang sunyi

 Ia perempuan terkuat

 Hidupnya yang keras sebagai bukti yang nyata

 Ia perempuan termanis

 Senyumnya seringkali mencerahkan dan tawanya menenangkan

 Anin namanya

 Teruntuknya, salamkan rasa terimakasihku

 Dengungkan permintaan maafku

 Ingatkan dia tentang kenangan manis saja

 Hei, Anin!

Selamat menua

 Aku menyayangimu, adikku, sahabatku









No comments:

Post a Comment

Kebisingan dalam Sunyi

 Halloha Journey! Sudah lama tidak curhat di sini. Jadi, langsung ingin curhat saja. Jadi, beberapa hari ini aku lagi suka nonton Jurnalrisa...